Beranda

Selasa, 05 Maret 2013

Resensi : Eliana

 Judul : Eliana (serial anak-anak Mamak)
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Cetakan : 1, Januari 2010
Tebal : 519 halaman

"jangan pernah membenci mamak kau. Karena kalau kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian" (Bapak)

Eliana ini merupakan buku ke-4 dari serial anak-anak mamak yang ditulis Tere Liye. Alhamdulillah, tinggal buku pertama saja, Amelia, yang belum saya baca karena belum terbit. Kemarinan, saya sempat malas membaca buku ini, nggak tertarik entah kenapa. Semua buku Bang Tere padahal sudah saya lahap, kecuali yang serial ini. Tapi sekali saya baca (waktu itu saya membaca Pukat, satu-satunya buku serial anak mamak yang saya punya, lainnya minjem :D), saya ingin cepat-cepat khatam. Setelah membaca, saya sangat menyesal tidak sempat melihat film serialnya yang sempat diputar di TV beberapa waktu lalu saat Ramadhan. Dan saya juga tidak habis pikir kenapa film berbobot seperti itu dihentikan tayangnya.

Novel ini menceritakan tentang Eliana yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara anak Mamak. Dia dijuluki anak pemberani, karena bersama keempat rekannya yang dijuluki "Empat Buntal", dia beraksi dengan sangat heroik untuk melawan para penambang pasir dari kota yang datang ke kampungnya. Sikapnya yang sangat pahlawan justru terkadang membuat was-was Mamak dan Bapak. Bahkan, diceritakan pula bahwa ada seorang teman Eliana yang meninggal ditangan para penjaga tambang ketika beraksi.
"diseluruh dunia, di masyarakat apa pun, pemuda memegang kunci perubahan, menjadi lebih baik, atau menjadi lebih buruk. Tidak ada yang gampang dalam sebuah perjuangan. Butuh pengorbanan dan kerja keras." (hal.473)

Disetiap buku serial anak Mamak yang saya baca, selalu sukses membuat saya nangis sesenggukan pada bagian kasih sayang Mamak yang tak pernah diduga. Bang Tere benar-benar sukses memasukkan pesan moral bahwa "jangan pernah membenci mamak kau, Eliana. Karena kalau kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian".

Waktu itu Eliana ngambek dan 'minggat' ke rumah Yati. Ngambeknya Eliana disebabkan karena dia merasa Mamak tak sayang padanya. Mamak membencinya karena setiap pagi ia dimarahi karena adik-adiknya belum bangun, atau kena omel karena tak bisa menjaga adik-adiknya dengan baik. Semua pasti dirasa Eliana yang salah. Beberapa hari di rumah Wak Yati, Eli semakin sedih karena menganggap Mamak memang tak peduli padanya, buktinya Mamak tak pernah datang untuk menjemputnya.
Ternyata Eliana salah. Tiap larut malam, Mamak menyempatkan datang ke rumah Wak Yati, menanyakan kabar Eli hari itu, dan menyelimuti Eliana ketika dia sudah tidur tanpa lupa untuk mencium keningnya. Ini rahasia yang dibocorkan Wak Yati kepadanya. Dan ketika Eliana membuktikannya, dia tak bisa menahan air matanya dan menangis sambil memeluk Mamak sambil meminta maaf.

Novel ini selain bercerita tentang keluarga, juga bercerita tentang pentingnya mejaga lingkungan. Salah satu kutipan bagus yang saya dapat :
"Jika kalian tidak bisa ikut golongan yang memperbaiki, maka setidaknya, janganlah ikut golongan yang merusak. Jika kalian tidak bisa berdiri di depan menyerukan kebaikan, maka berdirilah di belakang. Dukung orang-orang yang mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan. Itu lebih baik." (hal.257)

Saya jadi nggak sabar untuk menunggu buku terakhir dari serial anak Mamak ini. Bang Tere menjanjikan buku Amelia akan menjadi pembuka seluruh akhir cerita. Penasarannnnn (>.<)
Buku Bang Tere memang selalu punya nyawa tersendiri di setiap alur novelnya. Saya nggak bisa mencari celah untuk melihat kekurangannya. hihihihi...

Jangan lupa selalu sempatkan membaca buku ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rain Cloud