Pengarang : Sitta Karina
Penerbit : Buah Hati
Cetakan : III, Maret 2012
Tebal : 226 halaman
“Jagain Ibu ya,
Nak. Hormati perempuan. Kalau nanti Razsya sudah besar dan mau berbuat
seenaknya ke perempuan, ingat Ibu. Menyakiti mereka sama dengan menyakiti Ibu.” (Wigra)
Selesai membaca
novel ini, saya akhirnya benar-benar membuktikan bahwa testimonial yang
dibeberkan diawal halaman tidak bohong. Novel ini keren sekaleeeeee! Padahal
sejujurnya saya belum berumah tangga, tapi mbak Ari (Sitta Karina) benar-benar
bisa membawa saya memposisikan diri “jika menjadi Hannah”.
Rumah Cokelat,
sama seperti judulnya, menceritakan tentang warna-warni keluarga kecil dan
seabkrek problematikanya. Mulai dari babysister pulang kampung dan akhirnya
berhenti bekerja, pola asuh yang berbeda antara ibu mertua dan orang tua, buah
hati yang tak hentinya protes mengapa kedua orang tuanya tak pernah menemaninya
bermain, sampai pada titik dimana akhirnya menemukan fakta bahwa si Anak lugu
mengungkapkan dia lebih menyayangi mbak pengasuh dibanding ibunya sendiri. Bukankah
itu menohok semua ibu-ibu muda yang mengalaminya? Itu juga yang dialami Hannah
Andhito, wanita muda dengan karir cemerlang, suami siaga dan pengertian, serta
Raszya, satu jagoan yang begitu aktif.
“Kita nggak bisa
kembali ke masa lalu, nggak bisa menghapus kesalahan yang pernah kita perbuat,
juga nggak bisa mengulang kebahagiaan kecil yang dulu malah kita remehkan. Makannya
aku sangat, sangat mensyukuri apa yang kupunya sekarang, kalau ada kesulitan
sedikit, coba dijalani dengan ikhlas saja. Kalau ada kebahagiaan walau kecil,
sebisa mungkin dinikmati. Intinya menjalani hidup dengan sadar, tapi tidak
terbebani.” (halaman 124)
Permasalahan
dalam keluarga baru nan kecil, dan (semestinya) menyenangkan tak berhenti hanya
pada persoalan internal saja. Permasalahan dari luar semacam godaan orang
ketiga juga tak bisa dipungkiri. Dan beruntungnya Hannah karena mempunyai suami
seperti Wigra, yang tahan godaan para wanita rekan kerja dan mantannya, serta
betapa hero-nya karena telah membela sang istri dari godaan Banyu, teman dari
sahabat Hannah yang begitu ingin memiliki Hannah.
Ini cuplikan
dialog Wigra dengan Razsya di playground malam hari yang sukses membuat mata
saya berkaca-kaca :
“Raz...”
“Ya, Ayah.”
“Jagain Ibu ya,
Nak. Hormati perempuan. Kalau nanti Razsya sudah besar dan mau berbuat
seenaknya ke perempuan, ingat Ibu. Menyakiti mereka sama dengan menyakiti Ibu.”
(halaman 171)
Banyaknya hal-hal
yang sejauh ini mengganggu pikirannya, akhirnya Hannah sampai pada dilema untuk
mengambil keputusan tersulit dalam hidupnya, antara melepas pekerjaannya di
masa-masa karirnya sedang menanjak demi putranya, atau tetap bertahan menjadi wanita
karir tetap keluarga terbengkelai, dan Razsya sama sekali jauh dari perhatian
dan didikannya.
Masalah itu
pilihannya cuma dua, mau diselesaikan atau tidak. Untuk dapan menyelesaikannya,
kita butuh niat untuk benar-benar menyelesaikan---serta komunikasi. (halaman
198)
“Mana yang benar,
mana yang seharusnya dilakukan, seringkali itu bukan hal yang menguntungkan.” (halaman
209)
Namun Begitulah
Tuhan menakdirkan, masalah tak seterusnya menyertai asal kita tau apa yang
harus kita pilih dan kita jalani. Setelah memasuki masa-masa sulit adaptasi
menjadi ibu rumah tangga, bertentangan dengan pola asuh ibunya, dan harus
kehilangan Upik, babysister Razsya yang cukup membantu kerepotannya selama ini,
akhirnya Wigra membawa kabar baik bahwa ia dipindah tugaskan ke Washington. Ini
bagi Wigra—dan Hannah, adalah awal hidup yang baru bagi mereka, untuk
menentukan warna keluarga mereka sendiri, mandiri.
“Menurut Wigra,
uang dicari bukan hanya untuk seluruhnya ditabung, atau seluruhnya
dihambur-hamburkan. Mengapresiasi diri—dan keluarga—kita dengan hasil kerja
keras juga merupakan hal penting. Just like he once quoted, life is also about
dancing in the rain.” (halaman 214)
Yahh, sumpah novel ini salah satu cermin dimana seorang ayah dan suami harus menjunjung tinggi wanita dan menghargai peranannya, baik sebagai wanita karir ataupun ibu rumah tangga. Dan kesimpulannya, menjadi ibu rumah tangga di masa sekarang bukanlah pilihan yang buruk :)
Terus terus terus dan terus giatkan membaca ya cwinttts,
saya juga terus terus terus dan berdoa nih biar besok suami saya se-cool Wigra, aha!