Beranda

Sabtu, 19 Februari 2011

Temukan Kebahagiaan Dengan Teh

Tadi malam, (eh, malam apa sore ya, lupa! hehe..), saya iseng melakukan kebiasaan lama kalau lagi sendirian di rumah. Saya akan ceritakan dengan sedikit gaya dramatis,ahaha.. Mulai dari berkeliling rumah, lalu nyasar ke dapur, dan terpikir buat ngambil gelas kosong, dan membubuhi gula, lalu menuangkan air panas di dalamnya. Setelah itu mengambil teh celup dari dalam kotaknya, dan meletakkan ke dalam gelas.
Saya jadi ingat, sejak SMP, kebiasaan itu begitu sering saya lakukan diiringi dengan kebiasaan saya begadang atau karena memang tidak bisa tidur. Dulu, saya tidak akan bisa tertidur sebelum saya minum teh lebih dulu. Tiba-tiba saya berpikir, segitu dahsyatnya ya kekuatan teh buat saya pribadi, apa buat orang lain sama halnya? Saya cek-cek dan browsing, ternyata benar. Khasiat teh begitu banyaknya dan macamnya. Kita bisa temukan teh gingseng, teh hijau, teh hitam, teh tarik, sampai teh celup yang sudah banyak dijual di pasaran. Seorang teman saya justru sering sekali mengajak saya kuliner teh, mencoba berbagai minuman teh di berbagai warung hanya untuk bilang, ”ini rasanya teh jawa”, atau ”mantap banget deh teh naga-nya”. Sering juga dia bilang, ”ini sih teh sariwa*** biasa”. Yahh, i got it! Poin kedua, ternyata ada orang yang juga begitu menjiwai minum teh. Kalau ayah saya, paling suka teh melati, sedangkan ibu saya paling suka teh dengan gula batu, atau teh tawar. Mungkin dari situ juga saya jadi menuruni bakat penjiwaan teh. Apalagi kalau sedang sakit, obat paling mujarab untuk sembuh cuma satu : teh panas campur jeruk nipis buatan ibu saya. Bisa dicoba dan dibuktikan,ehehe..
Di Jepang, sehari-hari masyarakat "Negeri Sakura" akrab dengan teh hijau dan mengasupnya sesering kita minum teh hitam. Begitu dalamnya filosofi teh dalam budaya Jepang. Bahkan, mereka punya upacara minum teh.

Rabu, 02 Februari 2011

[Episode 2]

Gontai. Hari ini Ara enggan kemana-mana. Langsung kembali menaiki bus dengan jalur yang sama seperti tadi, kembali. Merencanakan ulang apa yang harus dilakukan di sisa jam nanti, agar tak terasa perut yang lapar, agar tak terdengar cacing yang berdendang. Hmm... tidur seharian sampai maghrib? atau membaca beberapa novelnya untuk kelima kali? atau... apa lagi?
Hhhh..
Hembusan nafas itu kembali, masih ditempat duduk yang sama. Ibu, sampaikan pada Tuhan, aku membutuhkanmu, Ibu...
Lagi-lagi disambut dengan jalan becek, gang sempit, dan gerombolan anak-anak berseragam merah putih yang lesu sepulang sekolah. Kesibukan warga sekitar yang memang sengaja dipekerjakan oleh juragan angkringan mulai terlihat. Membuat adonan gorengan, memotong daun pisang untuk bungkus nasi, diselingi dengan celoteh dan berita terbaru dari sebuah infotainment di televisi yang sengaja di putar keras-keras agar semua yang bekerja bisa mendengar.

Rain Cloud