Beranda

Rabu, 24 Oktober 2012

Vrijheid

Salah satu lukisan ter-wow di film Perahu Kertas *unoriginal*

Senin, 22 Oktober 2012

Film Pernikahan Vino & Marsha


Barusan liat film pendek edisi pernikahan Vino G. Bastian sama Marsha Thimoty. Dalem gilak!
Ada beberapa petikan kalimat yang favorit banget dan kena didenger.

1. 
Cinta itu indah, tapi ngejalaninnya nggak semudah dan semulus cerita di dongeng.

2.
gue nggak peduli orang yang mandang sebelah mata hubungan gue sama dia.
gue nggak takut sama orang-orang yang berusaha sekuat tenaga misahin gue sama dia.
tapi yang gue takutin cuma satu yaitu saat gue ngebuka mata gue di pagi hari, 

dan gue tahu dia udah nggak cinta lagi sama gue..
 
3. 
hidup itu pilihan, kita sendiri yang nentuin kemana arah hidup kita.
tapi kalo cinta, cinta nggak bisa milih apalagi buat di paksain,
tapi kalo lo ngrasa apa yang lo rasain itu cinta, lo harus kejar terus, 

sampai matipun harus lo perjuangin.

4. 
gue baru tahu kenapa Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang sempurna, itu karena Tuhan udah nyiptain manusia lain yang akan menjadi pasangan hidup kita, untuk mengisi bagian yang tidak sempurna itu.
agar kita melebur jadi satu bagian yang tidak terpisahkan, saling isi satu sama lain, sehingga menjadi bagian yang utuh, dan benar-benar sempurna
.

Selamat ya Om Vino sama Tante Marsha, semoga selalu bepikir dua kali buat nambahin jajaran nama artis yang kawin-cerai :))

Just share, bukan untuk kepentingan pihak manapun,
Salam.


Galau usia 20-an


Malam-malam, agak mendung, tapi nggak kunjung hujan.
Dua mata tetap nggak ingin terpejam, satu, atau keduanya.

Lagi-lagi, ah lagi dan lagi.
Kerancuan ini meracuni lagi.

Aku jelas-jelas tau ini tak pantas untuk di tari-tarikan dalam pikiran.
Sama saja seperti aku menghujat Tuhan beserta jajaran takdirnya.

Bisa tidak,
kali ini tidak lari-lari?
cukup sabarkan diri,
dan terus berusaha memantaskan diri,
Apa itu kurang cukup menyibukkan hari-hari?

Sudahlah,
Sudah sama-sama tahu dan diketahui seluruh umat,
Jodoh memang ditangan Tuhan, kan?


Jodoh itu umpama sebuah perjalanan.
Ada orang cepat sampai ke destinasinya, ada orang lambat.
Sepanjang perjalanan itu pula, ada orang dapat sampai dengan mudah, ada orang terjerat dalam kesesakan lalu lintas, kenderaan rosak dan seumpamanya.
 Perlu tabah dan sabar menghadapi ujian.
Dalam semua perjalanan itu, tidak semua orang akan sampai dengan selamat.
Ada yang meninggal dunia sebelum sampai ke destinasinya. Inilah hakikat jodoh… 
Tidak semua yang akan dapat memilikinya ketika hidup di dunia.
Namun usahlah berduka. Peluang masih ada di Syurga.
Di sana tiada siapa yang berkeseorangan. Semuanya memiliki pasangan.
Oleh itu, jika mahu mencari jodoh, carilah jalan untuk ke Syurga.
Jika tidak temui jodoh itu di dunia, InsyaAllah akan berjumpa nanti di Syurga.
(cahayaislam.net)

Yuk,
tarik selimut dan tidur,


Sabtu, 20 Oktober 2012

Egoisme Positif ?


Soreeeeeeee pembaca yang cantikkkkkk dan agak ganteng...
Kemarin kebetulan temanku ada yang beli banyak komik di Gramedia book fair, dan aku kebagian jadi peminjam yang baik, hihihihi...
Ada satu komik judulnya "Heart Curtain" karangan komikus Jepang Nakajima Yuka, yang salah satu cerita didalamnya punya nasehat yang mungkin bagi banyak orang cukup sarkastik ya, tapi buatku justru sangat menggelitik.

ini cover depan + belakang komik Heart Curtain

Terkadang, kita memang harus egois untuk sesuatu yang sangat kita inginkan dan telah menjadi mimpi kita sejak lama. 
Lebih baik egois daripada menyesal di akhirnya


Damn, it's nice word, right?
Memang, pada akhirnya cerita akhir komik ini, gadis yang awalnya melakukan "egoisasi perasaan" terhadap orang yang disukainya nggak sia-sia, dia dapat mewujudkan mimpi terbesarnya menjadi model terkenal. Ada juga yang meluapkan egoisnya dalam menyatakan cinta, dan pada akhirnya dia mendapatkan pasangan yang ternyata juga mencintainya.

Egois kan sebenarnya nggak melulu berkonotasi negatif, justru sesekali malah diperlukan. Aku juga sering terbesit pikiran seperti itu. Masalahnya yang jadi pertanyaan untuk diriku sendiri *ngomong sendiri sama cermin* : bisa nggak egois yang bertanggung jawab? Sayangnya, diriku menjawab : masih belum bisa, mungkin!

Ternyata memang susah ya mempertanggungjawabkan egois. Keinginan untuk memperjuangkan egois yang positif sering nggak seimbang sama niat dan tekad untuk meuwujudkannya, lalu menyelesaikannya.
Mungkin lebih baik ikut arus kehidupan yang ada dulu sambil mikir-mikir matang, nggak lupa ngiris bawang dan bumbu-bumbu penyedap lainnya, kalau dirasa sudah berbau harum dan siap disajikan, yakin niat nggak akan menguap ditengah jalan, baru diwujudkan dengan egoisme positif. Setuju??
*ngais-ngais tanah*


Salam hangat sore-sore sambil minum esbuah bikinan tangan sendiri,


Rabu, 03 Oktober 2012

Follower vs Trendsetter

Pokoknya harus nge-blog! ucap kata hati sendiri.
Tapi males.. ucap kata hati lainnya.
Yang penting di buka dulu blognya, terus tinggal tunggu moodnya! kekeuh kata hati yang baik.

Tarra, dan si kata hati yang bijaksana memenangkan pertarungan. End.
Krik! wakakakaka, openingnya garing banget!




Alright, sebenernya belum tau juga malam-malam gini musti cerita apa. Tiba-tiba aja kepikiran soal masyarakat Indonesia yang sekarang ini banyak banget 'cuma seneng' jadi follower. Yes, nggak cuma di twitter loh yang saling follow dan folback. Tapi di kehidupan sehari-hari.
Padahal, secara subjektif pandanganku, semakin sering kita jadi follower, semakin kita kebawa arus dan finally nggak punya PRINSIP.
contoh konkritnya aja nih ya, soal batik. Dulu, remaja-remaja dan dewasa awal, kesannya menganggap batik itu 'ndeso'. Nggak ngikutin trend blas! punya batik satu, itu aja cuma buat jaga-jaga kalo ada kondangan.
Sekarang, ngerasa malu kalo nggak punya batik. Ikut-ikutan pake batik, semunya lomba-lomba beli batik, pake batik, sok-sok ngeretweet twitter yang ngucapin hari batik Nasional.
Penting? Kalo udah gitu bakal dapet apa? kepuasan karena diakui, nggak dianggap "nggak gaul", tapi jelas-jelas jadi nggak mengenal jati diri.
Contoh lain bisa kita liat dari gaya bahasa, satu alay, yang lain jadi alay berjama'ah. elo gue-an, wow wow-an, miapah miapah-an, derita lo-an, kasian deh lo-an. Emang nyenengin gitu bisa ngomong nyinyir nggak berbobot kayak gitu?
Sejujurnya banyak kaum pemuda dan pemudi ini yang 'matang' duluan. prihatin lihatnya. Tergrogoti sama trend-trend yang belum waktunya, trend-trend yang gampang lewat tapi meninggalkan citra buruk.

Wake Up Please! Bukan masalah kalo kita belum bisa jadi trendsetter, yang penting tetep jadi diri sendiri, bukan sebagai follower belaka. Jadi diri sendiri itu sama aja punya prinsip, punya jati diri sendiri. Bukan berarti punya prinsip itu keras, bukan prinsip yang kaku, yang penting konsisten. Kalo semua punya jati diri sendiri, bangsa kita pasti bakal keren banget, puinya jati diri bangsa yang khas, dan idealisme yang nggak akan punah tergerus waktu dan globalisasi.


Salam perjuangan!
Merdeka dulu, sekarang dan nanti!



Rain Cloud