Beranda

Kamis, 07 Februari 2013

Surat Cinta : Cintaku Seperti Air Laut, Bu!



Diatas karpet biru, akhir tahun 2011
16.48 teng!

Assalamualaikum ibu,
Hari ini senja, senja yang sama setiap harinya, yang selalu kita rindukan berdua. Ahh... sama halnya aku, yang selalu merindukan untuk berdekatan denganmu. Sama halnya aku, yang selalu ingin menghabiskan seminggu bersamamu. Sama halnya aku, yang ingin terus mengulang waktu agar tak menyiakannya selain untukmu...
Untukmu,
seseorang yang 9 bulan membawaku dalam perutnya,
yang tanpa lelah mengajariku mengeja,
yang selalu tersenyum walaupun letih bekerja,
yang masih menemaniku bermain meski peluh tak sempat terseka,
Taukah Bu, Senin yang terlewati tanpamu, terasa dingin...
Untukmu,
seseorang yang dengan sigap menyiapkan sarapanku,
yang dengan terburu-buru mengancingkan baju seragamku,
yang tanpa banyak bicara memakaikan sepatu dan mengucir rambutku,
yang berwajah lega ketika melambaikan tangan melepas kepergianku,
yang tak pernah marah ketika menemui nilai buruk di raportku,
Taukah Bu, Selasa yang terlewati tanpamu, rinduku semakin terasa...
Untukmu,
seseorang yang memaklumi setiap kesalahan,
yang menjadi penolong di setiap kesulitan,
yang menjadi penenang di setiap kegelisahan,
yang menjadi penopang ketika hati mengalami keruntuhan,
Taukah Bu, Rabu yang terlewati tanpamu, membuatku ingin datang memelukmu...
Untukmu,
wanita perkasa yang seakan tak pernah lelah,
yang seakan tak ingin terlihat sakit,
yang seakan malu jika keriputnya mulai terlihat,
yang seakan takut jika anaknya pergi meninggalkannya,
tapi yang selalu menerima apapun kondisinya,
dan yang selalu bersyukur walau tuhan belum memberi apa yang dia mau,
Ingatkah Bu, Kamis yang kulewati denganmu, kenangannya terasa manis...
Untukmu,
wanita serba bisa,
yang pantang menyerah,
yang peduli pada semua orang,
yang tak pernah mendendam ketika banyak orang menghujat,
Taukah Bu, Jumat yang kulewati denganmu, membuatku tahu bahwa kau menyayangiku teramat sangat...
Untukmu,
wanita yang wajahnya mulai menua dan rambutnya mulai beruban,
yang sering menghujaniku dengan omelan karena kenakalanku,
yang sering menggelengkan kepala karena tingkah lakuku,
maaf karena selalu menyakiti hati,
maaf karena membuatmu sedih tak henti,
maaf karena terkadang menyangsikan kasihmu yang setulus hati,
Taukah Bu, Sabtu yang kulewati denganmu saat itu.... Ahh Rabb, rasanya ingin kumohon pada-Mu agar kami terus bersatu...
Untukmu ibuku,
Terimakasih karena membuatku merasa berharga dimatamu,
Terimakasih karena tak pernah melepasku dan terus menuntunku mengenal Tuhanku,
Terimakasih karena limpahan cinta yang takkan pernah bisa kubalas walau dengan nyawaku,
Terimakasih karena tak pernah berhenti berdo’a untuk kebahagiaanku,
Terimakasih karena tak pernah melupakanku disetiap sholatmu,
Terimakasih karena selalu menangis khawatir akan keadaanku,
Terimakasih karena membuatku ingin terus berkata bahwa aku bangga menjadi buah hatimu,
Taukah Bu, Minggu yang pernah kuhabiskan denganmu, rasanya membuatku ingin langsung bertemu denganmu, tanpa harus menunggu...

Ibu, jika hujan diluar jendela yang turut serta mengantarkan senja dapat mengantarkan lantunan do’aku pada Tuhanku, berjuta-juta lafadz dengan namamu tak kan pernah henti kumohonkan pada-Nya, agar Tuhan melimpahkan kasih sayangnya padamu, sama besarnya seperti limpahan cintamu padaku, juga agar Tuhan melindungiku agar tak sekalipun aku durhaka padamu. Dengan apa aku harus membalas segala kebaikanmu, Ibu? Berapa harga yang harus kubayar untuk kelembutan hatimu itu, Ibu? Ahh Rabb, jika bumi dan seisinya saja tidak cukup untuk mengganti cinta ibuku padaku, harus bagaimana aku membalasnya?

Ibu, jika suatu hari nanti, ketika datang seseorang mengkhitbahku, nikahkan aku dengan ridhomu,
relakan aku untuk menunaikan kewajibanku tanpa harus melupakanmu,
hubungi aku kapanpun engkau mau,
katakan jika engkau ingin menemuiku tanpa ragu,
dan biarkan aku berada disisimu selama aku mau...
Sungguh! dekapan hangatmu tak pernah tergantikan,
Belaian tanganmu tak pernah tertampikkan,
Kecup sayangmu selalu ingin kudapatkan,
Doa darimu juga selalu kuharapkan...

Ibu, tahukah kau?
Aku mencintaimu layaknya surga,
Karena aku mencintaimu karena Allah...

Senja diluar jendela telah berlalu, berganti dengan malam yang berbintang. Ibu, sejauh apapun kita terpisahkan, bukankah kita masih melihat bintang yang sama diatas sana? Secepatnya kita akan kembali bertemu, karena tak sabar aku ingin menyampaikan padamu bahwa aku mencintaimu, seperti air laut, yang tak pernah surut...
Wassalamualaikum, ibu.

Salam sehat dan bugar untuk ibu,





                       Anakmu yang bandel tapi cantik

PS : berlimpah-limpah peluk cium kukirim ke rumah via pos cinta, dalam hitungan detik akan sampai ke tangan ibu, hehehe... kangen ibu banget nget nget! :)

3 komentar:

  1. Mewek..mewek.. Pengen pulang :(

    BalasHapus
  2. aih surat yg penuh cinta dan semakin basah sepertinya.

    BalasHapus
  3. @aditya : hihihii.. kemarin kamu malah nggak pulang, wuwuwu.. makasih udah mampir :)
    @andri : hehehe.. terimakasih suda berkunjung mas andri :)

    BalasHapus

Rain Cloud