Beranda

Rabu, 13 Februari 2013

Resensi : Domino


Judul : Domino
Pengarang : Tanalyna Hasna
Penerbit : Cupid
Cetakan : Ke-1, 2012
Tebal : 283 halaman

"Pada akhirnya, orang jatuh cinta tak berbalas hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk orang yang dicintai." 
(Nadia)

Domino ini novel yang langsung saya dapat dari pengarangnya sendiri. Well, kebetulan pengarangnya teman saya waktu SMA, dan untungnya rayuan saya cukup gombal untuk mendapatkan novel gratisan, hahahaha...

Seperti slogan yang digembor-gemborkan di cover novel ini, Domino, When I fall for you, and you fall for someone else, pasti kalian sudah bisa menebak bagaimana ceritanya, ditambah lagi sinopsis yang tertera di belakangnya, ada nama Mia, Garda, dan Rizal. Yes! Apalagi kalau bukan bercerita tentang dilema seorang Mia yang harus memilih antara Garda dan Rizal.

Berawal dari pertemuan Mia dengan teman lamanya yang bernama Garda, dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin suatu hubungan yang disebut pacaran. Dibumbui dengan datangnya Tata yang masih mencintai Garda, toh akhirnya Garda melepaskan Mia. Bukan, bukan karena Tata. Tapi karena menurut Garda, Mia banyak berubah dan ia merasa lebih cocok jadi teman daripada pacar. Alasan lain bisa jadi karena Garda menemukan wanita lain dari kegemarannya mendaki gunung. Yang panjang diceritakan dalam novel ini adalah bagaimana Garda menggantung hubungan mereka sampai berbulan-bulan dan membuat Mia harus menguras banyak air mata untuk lelaki yang akhirnya di ikhlaskannya.

Ceritanya berlanjut dua tahun kemudian, ketika mereka semua sudah banyak berubah, ketika mereka sudah lulus kuliah lalu kerja, dan akhirnya Mia dimutasi ke Jogja. Mia senang, jujur selama ini perasaannya pada Garda masih utuh. Akhir-akhir ini Garda juga kembali mendekati Mia (entah dengan niat apa). Tapi Mia juga tahu tidak akan pernah terulang lagi kesalahan yang sudah pernah ia lewatkan kemarin dulu.Makannya, keputusan atasannya yang memindahkan ia ke Jogja membuatnya memiliki peluang untuk melupakan Garda seutuhnya. Rasanya sudah mati rasa, kayak luka, apalagi lukanya di hati, nggak bisa dijahit, dan bisa jadi nggak akan pernah kering (hal.198)

Di Jogja, Mia bertemu Rizal. Seseorang yang dulu pernah dekat dengannya meski tanpa status. Seseorang yang dulu juga sempat Mia sayangi sebelum Garda datang dalam hidupnya. Seseorang yang ternyata begitu takut kehilangan Mia makannya dia tidak pernah mengajak Mia pacaran. Di Jogja mereka di dekatkan. Dan di Jogja pula, di atas aliran kali Code, Rizal resmi melamar Mia.

Membaca novel ini saya berasa menemukan paket buku audio-visual, karena didalamnya banyak lirik lagu yang tertera, jadi waktu membaca, saya bisa sambil menyanyikan liriknya. Hehehehe... Alyn juga menggunakan buanyaaaaakkkk kalimat berbahasa Inggris. Bagus sih. Tapi menurut saya secara subjektif, penggunaan kalimat Inggris yang terlalu banyak dan terlalu sering membuat saya lebih suka melewatinya tanpa membaca. Bukan apa-apa, rasanya dengan membaca dan harus mengartikan ulang membuat saya jadi kehilangan konsentrasi alur cerita sebelumnya, hihihihi... (karena saya kan kurang jago bahasa bule :p)

Ini salah satu quote favorit saya dalam novel ini : 
"Satu-satunya orang yang bisa mengobati lukamu adalah orang yang membuatmu terluka. Satu-satunya orang yang bisa menghentikan sakitmu adalah orang yang membuatmu kesakitan. Kalau kamu nunggu sakitnya hilang, itu sama saja kamu nunggu Garda kembali buat nyembuhin sakitmu"
Hahahaha, Alyn, aku bener-bener ngerasa kata-kata ini tulus banget dari hati. Rasanya emang lebih kepengen milih sakit hati asal bisa tetep deket sama orang yang kita harapkan dibanding harus merelakannya pergi ya,

Belum lama, temen saya satu ini -alyn, penulis novel ini- akhirnya menemukan belahan hati yang sebenarnya, yang tulus membawanya ke pelaminan, untung namanya bukan Rizal :D
Happy Married for you, girl :')


Keep reading, keep keep reading book,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rain Cloud