Beranda

Senin, 18 Februari 2013

Review Film : BRAVE

"jika kamu mempunyai kesempatan merubah takdirmu, akankan kamu ambil kesempatan itu?"

Satu lagi film yang diproduksi oleh Studio Animasi Pixar dan Walt Disney yang sukses menuju Box Office. Sekilas setelah melihat film ini, mengingatkan saya pada film kartun jaman saya kecil dulu yang berjudul Brother Bear.

Merida Waleczna, gadis yang terlahir sebagai pemburu namun ditakdirkan menjadi seorang putri kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia ini menjadi tokoh utama dari awal sampai akhir cerita.
Mewarisi bakat ayahnya, Fergus, seorang raja yang gemar bertarung, Merida digambarkan sebagai putri kerajaan yang gemar memanah dan berpetualang.
Pada tahun-tahun pertamanya dia bisa berlari, Merida diberikan sebuah busur dan anak panah oleh Fergus sebagai hadiah ulang tahun ketika mereka sedang berburu di hutan.
Ketika sedang berburu di hutan, keluarga Merida diserang oleh seekor beruang buas hitam bernama Mor`du. Merida dan Ibunya, Ratu Elinor, berhasil melarikan diri sementara Fergus berjuang untuk menghalau sang beruang berwarna hitam itu. Dalam pertarungannya, Fergus kehilangan kaki kirinya dan bersumpah untuk membalas dendam serta membunuh beruang tersebut.
Merida yang telah tumbuh dewasa sebagai putri yang penuh semangat dan sebagai calon pewaris kerajaan Dunbroch harus mengikuti tradisi ketika kedua orang tuanya berniat menikahkan putrinya dengan anak sulung dari kelompok suku utama di Skotlandia. Tiga kepala klan dari kerajaan DunBroch, Macintosh, MacGuffin, dan Dingwall membawa putra sulung mereka untuk bertarung memperebutkan Merida.
Putri dari Fergus itu akhirnya menantang para pelamarnya dengan kompetisi memanah, yang merupakan hal yang dikuasai Merida, dengan harapan tiga putra kepala suku itu gagal melewati ujian tersebut. Awal dari puncak masalah cerita terjadi ketika putra kepala suku Dingwall secara tidak sengaja berhasil melesakkan anak panah tepat sasaran.
Merida, yang belum siap untuk dipinang, menggagalkan usaha ketiga putra kepala suku tersebut dengan melesakkan anak panah ke setiap target dan bahkan salah satu anak panahnya membelah anak panah Dingwall yang disajikan dengan adegan lambat (bagian ini bener-bener keren! ;p)
Sang Ibu Elinor, yang selalu mengajarkan tata krama menjadi seorang putri, kecewa dengan tingkah putrinya hingga suatu ketika pecah pertengkaran di antara keduanya. Puncak pertengkaran terjadi ketika Merida membelah permadani rajutan yang menggambarkan potret keluarga mereka, sementara Elinor melemparkan busur panah Merida ke perapian. Merida dengan marah meninggalkan istana mengendarai kudanya Angus, sementara Elinor dengan menyesal segera meraih kembali busur yang telah dilemparnya ke perapian.

Dalam perjalanan meninggalkan istana, Merida bertemu dengan seorang penyihir tua dan kemudian secara ceroboh meminta penyihir tersebut untuk merubah pendirian ibunya. Namun mantra penyihir itu membuat segalanya menjadi kacau. Elinor benar-benar berubah, secara fisik, menjadi seekor beruang hitam besar.

Hal ini menjadi masalah besar karena Fergus, dan semua masyarakat kerajaan membenci beruang setelah tragedi kehilangan kaki itu. Dari sana, dimulai lah petualangan Merida untuk menghilangkan kutukan yang menimpa sang ibu dan mencari arti dari keluarga yang sebenarnya. Pada part ini kita benar-benar akan dibawa pada suasana yang menegangkan, dengan dibumbui beberapa adegan komedi yang cukup menghibur. Apalagi dengan ulah tiga adik kecil Merida yang menggemaskan, Hamish- Hubert- Harris.


 
Lewat ceritanya, Brave sebenarnya ingin mengajak penonton untuk berjuang menentukan takdirnya sendiri, alih-alih pasrah, dan, khususnya untuk kaum perempuan, untuk meraih dan menikmati kebebasan.

Para ahli animasi benar-benar membuat film kartun ini nyaris sempurna. Karakter yang dibentuk pun beda dari yang biasa. Kebanyakan seorang putri raja digambarkan begitu manis dan lembut. Tapi disini Merida digambarkan sebagai sosok putri raja yang kuat, mandiri, tegas, dan dengan rambutnya yang kriwil justru membuatnya terlihat manis dan berwibawa (*-*)blink!
Satu lagi, saya ngefans banget sama Angus, kuda cantik yang bulunya lebat, keren kalau beneran ada kuda kayak gitu, hihihihi.

Sebuah kutipan yang cukup mengena dari Putri Merida adalah :
"Bahwa kita harus keluar dari tradisi, dan menulis cerita kita sendiri, mengikuti hati kita, dan menemukan cinta dengan cara kita sendiri."

Siap-siap juga karena saya dibikin menye-menye di adegan terakhir waktu Merida mengakui kesalahannya dan merasa menyesal.

Selamat menonton ya :)
so recomended,
 

2 komentar:

  1. sepertinya menarik dah sering liat filmnya di hardisk warnet tapi masih lum pengen ngopi

    BalasHapus
  2. @anotherorion : hehe, bagus kok, lucu jugak, kalo luang kopi aja terus nonton, makasih ya udah mampir :)

    BalasHapus

Rain Cloud