Beranda

Selasa, 04 Desember 2012

Resensi : Negeri Para Bedebah


Judul : Negeri Para Bedebah
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : ke-2, September 2012
Tebal : 433 halaman


Tanpa kita sadari, dalam hidup ini, potongan-potongan kecil menjadi tempat kita belajar sesuatu secara efektif. 
“Melakukan perjalanan, bertemu banyak orang, membuka diri, mengamati, mencoba sendiri, memikirkan banyak hal, adalah cara tercepat belajar.

Novel ini sebenarnya tidak dalam urutan atas prioritas terbaca. Selain karena begitu tebal, kabarnya ini novel genre-nya seperti film action, penuh intrik dan licik. Sejujurnya saya kurang suka dengan tema novel seperti itu, hehehehe, biasalah perempuan, lebih memilih tema novel yang ‘menyentuh’. Tapi sekali lagi saya berpikir, meminjam istilah tokoh utama si Thomas, melihat karakter Tere Liye dari novel-novelnya dan fanpage FB-nya, saya menilai bahwa bang Tere petarung (baca : penulis) sejati! Penulis sejati tidak pernah bohong kan? ;p

Akhirnya dengan segala kemungkinan dan keyakinan kalo novel ini sampai tidak menarik dipertengahan saya baca, saya akan dengan senang hati tidak meneruskannya. Ternyata saya benar-benar SALAH TOTAL. Novel ini benar-benar seperti adegan film di setiap episodenya, benar-benar membuat pembaca menjahit imajinasinya sendiri, dan saya benar-benar tidak sabar untuk tahu bagaimana akhir kisahnya.

Saya yakin novel ini layak sekali untuk diangkat ke layar lebar, karena akan membuat puluhan, bahkan ratusan masyarakat Indonesia, para pemegang uang banyak, khususnya koruptor, malu dan bersembunyi di balik jas partai ‘kotor’nya.

Novel Negeri Para Bedebah ini sepertinya dulu pernah di posting dalam notes dengan judul BBB, Bangsat-Bangsat Berkelas. Bercerita tentang satu tokoh laki-laki dengan nama kecil Tommy, tapi terkenal diusia dewasa dengan nama Thomas, si konsultan keuangan profesional yang cerdas, licin, dan mampu menguasai keadaan secepat kilat. Awalnya, apa yang dilakukan Thomas tak lebih dari untuk menyelamatkan keluarga Om Liem, pamannya, dari kebangkrutan. Akan tetapi, seiring berjalannya cerita, ternyata kasusnya tak sesederhana itu. Dibumbui dengan dendam masa lalu yang dialami Thomas.

Diusianya yang 10 tahun, Thomas harus menyaksikan keluarganya terbakar habis bersama dengan rumah dan gudang tempat berbisnis. Hanya Opa, Om Liem dan istrinya yang selamat. Saat itu dia tahu, dalang dibalik semua ini adalah Wusdi dan Tunga, petugas kejaksaan dan kepolisian. Mereka memanfaatkan keadaan dengan membawa lari akta tanah, rumah dan gudang milik keluarga besar Opa. Dendam Thomas menuntut untuk dibalaskan karena ternyata Wusdi dan Tunga masih terus ingin mengeruk harta milik Om Liem yang telah menjadi pebisnis yang menggurita, mempunyai aset dimana-mana termasuk di luar negeri. Awalnya Thom begitu membenci Om Liem, karena ia menganggap Om Liem yang membuat orangtuanya mati terbakar. Tapi sepertinya tebakan Opa benar, Thomas bukan membenci pamannya, Thom membenci dirinya sendiri yang tidak mau bertindak jahat, licik dalam berbisnis seperti Om Liem padahal dia mengetahui segala permainan kotor dalam dunia bisnis, termasuk permainan Om Liem dalam Bank Semesta. Opa Thomas menjadi sosok paling bijak dalam novel ini. Dia selalu menasehati agar Thomas bisa memaafkan masa lalu. 
“Kejadian menyakitkan selalu mendidik kita menjadi lebih arif.”(halaman 228)
Klimaks dalam novel ini adalah bagaimana aksi Thom yang membuat kita memacu adrenalin karena dalam waktu kurang dari tiga hari, Thomas harus bisa mempengaruhi banyak orang agar Bank Semesta tidak ditutup. Jika sampai ditutup dan Bank sentral tidak mau menalangi kerugian, maka keluarga Om Liem benar-benar tidak akan memiliki uang sepeserpun setelah itu.

Cukup banyak tokoh lain dalam novel ini yang juga memegang peranan cukup penting. Ada Erik, Theo, Rudi, Si Putra Mahkota, yang menjadi teman Thomas dalam klub petarung rahasia (dan jelas-jelas menjunjung asas tolong menolong), Julia, wartawan wanita yang dikenalnya dalam pesawat ketika wawancara yang akhirnya mau tidak mau terlibat dalam urusan Thomas, meskipun akhirnya dengan senang hati membantu setelah mengetahui masa lalu Thomas, ada Maggie, sekretaris kantor Thomas. Ini tokoh favorit saya. Dia sangat jenius dan cekatan, mampu mengurus banyak hal tanpa harus diperintah dan dijelaskan berkali-kali. Begitu sabar dan mengerti bosnya. Ada Ram, orang kepercayaan Om Liem dan Opa yang telah dirawat keluarga besar mereka sejak kecil. Dan ada Kadek, nahkoda kapal Pasifik milik Thomas yang begitu setia mengabdi.
Aksi-aksi Thomas benar-benar diluar dugaan, mulai dari menyamar menjadi penjahat, tukang antar pizza, dan aksi-aksi lain seperti kita melihat aksi James Bond di televisi :D
“Di dunia ini, urusan penting dan tidak penting hanya terlihat dari kulit luarnya saja. Orang terkadang lupa, orang-orang disekitarnya yang selama ini terlihat biasa saja dan sederhana, justru adalah bagian terpenting dalam hidupnya.” (halaman 269)

Di akhir cerita, ternyata banyak terjadi pengkhianatan dalam pengkhianatan, dan balasan setimpal dari pengkhianatan memang tetaplah kematian. Hanya saja, memang pengkhianat di balik novel ini dibuat benar-benar tak tertebak sebelumnya (saya sampai memaksakan diri membaca halaman terakhir lebih dulu pada detik-detik terakhir, hahahaha).

Satu poin plus dari semua novel Tere Liye yang sudah saya baca (saya memang menggilai semua novelnya, serius!), banyak pelajaran, banyak kutipan-kutipan menarik yang bisa kita ambil dari dialog singkat yang mungkin saja mudah terlewat. Dari novel ini juga saya jadi tahu bahwa ternyata bunga terompet itu mengandung racun mematikan. Juga jika kita tidak pandai mengolah ketela pohon atau ketela gadung, tidak matang, maka itu juga bisa membuat seseorang kejang-kejang binasa. Ketela pohon jika dimakan mentah itu mematikan karena mengandung zat berbahaya. We-Oo-We. WOW!
Selain itu, banyak penjelasan tentang alur keuangan yang terjadi tidak hanya di Indonesia tapi juga jalur keuangan dunia. Faktanya, di cerita ini membuktikan bahwa tidak semua hal yang berhubungan dengan angka itu adalah ilmu pasti. Buktinya, banyak laporan keuangan yang bisa di revisi sedemikian rupa, sebut saja di manipulasi dan ujungnya di korupsi. MasyaAllah!

Jadi, nggak perlu tunggu apapun untuk mbaca novel ini, kalo perlu pinjem temen atau tetangga, xixixixi...
Jangan lupa, vote novel ini biar diangkat ke layar lebar ya (dengan cara apapun!), untuk kualitas perfilman Indonesia yang lebih baik! :)

Salam cantik,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rain Cloud