Beranda

Kamis, 12 September 2013

Aku Kluntruh


Kluntruh.
Asa semacam luruh, jatuh.
Apa yang dirasa selalu saja berbukit,
naik turun, tidak stabil.

Sedetik lalu, asa dalam kepala dibuat mengambang, senang.
Semenit selanjutnya, asa di hati terkoyak tanpa kompromi.

Bila mata berfungsi seperti seharusnya,
bisa aku meminta tidak lagi-lagi kamu bersisian dengannya walau sesenti?

Bila telinga berfungsi seperti kehendaknya,
bisa aku meminta jangan lagi-lagi keluarkan predikat kedekatan yang aku tak punya?

Bila tangan bergerak sesuai arus motorik yang sewajarnya,
bisa aku meminta jangan sekali-kali mengetikkan kalimat mesra untuknya yang bisa kubaca?
bisa juga aku meminta jangan sesekali kau kaitkan tanganmu di bahu wanita yang bukan siapa-siapamu?

Bila simpati bisa terberikan dengan cuma-cuma,
bisa aku meminta tidak lagi-lagi air milikku justru kau bagi-bagi padanya seakan milikmu?

Bila pilihan memang kebetulan jatuh pada namaku,
bisa aku meminta jangan lagi-lagi perlakukan aku sama dengan siapapun itu?

Kita berdekatan,
tapi seakan cakrawala lebar membentang,
dan ombak tak setinggi biasanya,
kamu dan dia bercengkrama dan aku bisa menyaksikannya,
utuh. Tanpa blur, tidak cembung.
Aku kluntruh.

Asa ini tidak ada gantinya, terampas diam-diam dan paksa.
Tidak perlu aku membisikkan lembut tepat ditelingamu kan?
Aku c e m b u r u.

Asa ini tidak pada tempatnya, karena takdir sudah jelas menuliskannya,
Aku-bukan-milikmu.



23:53
tidaksemuabisadimengertidenganhati
menyesalbisadatanghariini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rain Cloud