Beranda

Senin, 16 September 2013

Aku Kidal


AKU KIDAL!

Aku tidak pernah menutupi soal kekurangan ini. Aku kidal. sudah sejak kecil, sejak awal mula aku bisa memegang sesuatu. Sejak awal aku belajar mengaktifkan tangan-tanganku. Bukan salah siapa-siapa. Orangtuaku bahkan sudah berusaha begitu keras untuk mendidikku agar aku bisa seperti yang lain, bertangan kanan sehari-harinya. Tapi nyatanya tidak semudah yang diharapkan. Aku berujung tetap menjadi si Kidal. Yang jelas yang aku tau aku tidak diajarkan untuk berkidal dalam hal kejahatan, keburukan, dan kriminalitas. Selesai.

Sayangnya, hidup tidak seramah itu. Tangan mengundang banyak perhatian ketika harus memasuki dunia pendidikan. Tangan seolah-olah menjadi satu-satunya fokus yang ingin selalu dikritisi. Beruntungnya, aku kidal. Dan dipaksa untuk menjadi pusat perhatian. Sejak sekolah dasar sampai tingkat lanjut, semua komentar.

Aku sudah cukup kenyang. Mulai dari demam berhari-hari, tekanan dari sana sini, sindiran, dianggap tangan kotor, dan ahh suruhan-suruhan yang kadang aku rasa kurang sopan. Tapi saat itu aku selalu percaya seiring waktu, orang akan memandang positif kekurangan ini. Ataupun tidak, setidaknya mereka tidak akan berkomen sinis atau memandang sambil memicingkan mata.

Aku salah. Hari ini opini itu runtuh. Ternyata umur tidak menjanjikan apapun untuk mengubah sudut pandang seseorang. Berada di lingkungan kaum intelektual tinggi justru itu terjadi. Padahal seseorang yang menegur itu sudah selesai disertasi, tapi ternyata untuk urusan tangan saja kritisasinya masih tidak ilmiah. Membawa-bawa tuntutan agama seakan aku pendosa kelas kakap.
Oke, hentikan. Aku malas membicarakan orang yang sudah menghina, biar itu jadi urusan dia dan pertanggungjawabannya kedepan.

Aku cuma ingin sedikit klarifikasi, bahwa kepribadian, sifat seseorang, tidak selalu, dan bukan satu-satunya ditentukan dari penggunaan tangan kan? Jadi jangan sekali-kali memvonis sesuatu yang belum pasti.
Dua, aku dan kamu, kita, kalian, masing-masing punya kekurangan dan kelebihan yang Tuhan sudah tetapkan. Tugas kita itu menerima, ikhlas, dan selalu memperbaiki diri. Setelah sekian lama banyak diperlakukan macam-macam terkait dengan ke-kidal-an, jadi aku bisa membedakan mana pertanyaan yang tulus, yang benar-benar tidak tahu, yang menghujat, atau memuji. Jadi, jangan salahkan jika suatu saat kita bertemu, dan aku mengabaikan kalian karena kalian tidak menyukai kidal-ku. Aku tidak pernah marah dengan semua perlakuan orang terhadap tanganku. Aku hanya lebih nyaman untuk mengabaikan mereka :)

Ini aku sertakan sedikit bukti bahwa kidal memang suatu kekurangan, tapi bukan keburukan.


ini yang artikel internasional, pembahasan mereka justru berbanding terbalik dengan yang disampaikan yang mulia pak dosen di sekolah :)


Semoga bisa dimengerti.
Sejauh ini aku baik-baik saja meski aku kidal.

1 komentar:

  1. Adik saya juga kidal kok mbk, dan kata gurunya dia juga lebih dominan otak kanannya :) ippho santosa juga orang otak kanan, hehee

    BalasHapus

Rain Cloud